Saturday 14 November 2015

I don't want to have kids

So, my colleague asked me today. "Tika, do you like kids?" with her confused face (and I was wondering why. perhaps, it isn't shown on my face(?) and I answered, "Yes, I like kids. But I don't plan to have any." and one of my boss continued my answer with "for now, right?" and I was just standing there and smirk. "No, I don't want to." 
and so does, here my writing begins :)



*     *     *


Hidup dikelilingi dengan keponakan yang lucu-lucu, baik dari kakak dan para sepupu, membuat gue menyukai anak kecil. Main-main bareng, makan bareng atau sekedar bukain buku untuk baca bersama, gue suka akan hal-hal tersebut. But thinking of having kids, I think no.
Dulu, pas gue baru masuk kuliah, gue berpikir mengenai menikah dan mempunyai anak. Akan tetapi, semenjak mengenal yang namanya dunia bekerja, hal itu mendadak nguap ilang begitu aja. Mungkin itu seperti keinginan sesaat karena berpikir, bekerja dan menghasilkan uang itu sangat menyenangkan. I want to be independent, you know. Tapi entahlah, mungkin nanti siapa tau gue kepengin hal itu lagi.
Lalu, ketika gue magang di Jerman, gue ternyata jatuh sakit. I have diabetes type 2. Dan dari sanalah, gue mulai berpikir untuk mempunyai anak. My teacher told me, "It's okay Kartika, you still can have kids. Don't worry."

Alasan pertama gue adalah penyakit. Mempunyai penyakit diabetes, membuat gue berpikir untuk mempunyai anak. Apalagi, kalau anak gue nanti perempuan. Kemungkinan dia akan menerima penyakit gue, lebih besar. Belum ditambah riwayat penyakit di keluarga gue, yang belum gue ketahui. Mungkin gue dibilang nanti nggak mau punya anak, karena nggak mau susah untuk urusnya dan menjaganya. Nope. Lebih kepada, gue nggak mau dia hidup menderita serba dibatasi karena penyakitnya akan membuat komplikasi kemana-mana. Yang kemungkinan, dia akan iri sama nanti teman-teman sebayanya, you know.
Alasan kedua gue adalah, murni nyambung sama postingan kemarin. I want to work so hard, be rich as hell, so then I can help others. Di dunia yang penuh dengan penderitaan ini, banyak anak-anak yang nggak terurus. Pendidikannya nggak selesai karena orangtua yang tidak peduli, makan dan minum pun mereka masih harus mengais sampah, tidur di tempat yang tidak layak. Dengan bekerja keras dan menghasilkan sebanyak-banyaknya, gue ingin membiayai mereka yang kurang beruntung, terutama anak kecil dengan keadaan yang gue sebutkan di atas. 


Dan menurut gue, it's a win-win solution. I have foster kids, they don't inherit my hereditary disease, and they have chances to live a better life. So then, the world would be a better place to live for anyone in this world. 

Tuesday 10 November 2015

cita-citamu, mau jadi apa?

So one month ago, my business manager asked me something when he interviewed me. He asked, "What is your biggest dream?" and I simply answered, "To be an inspiration, for others." and here it is, my writing begins.

* * *

Dulu, pas kita masih kecil pasti ditanya, "Kamu mau apa kalau udah besar nanti?" atau "Cita-cita kamu apasih?" kurang lebih seperti itu. Dulu, ketika gue ditanya seperti itu jawaban gue banyak banget. 
Pertama, dulu gue kepengin menjadi artis (well, who doesn't?) terus kepengin menjadi penyanyi (ini murni karena gue suka banget nyanyi, ikut padus di SD & SMP, disekolahin nyanyi sama bokap), terus pas SMA kepengin jadi ahli gizi (semacam nutritionist gitu lah), eh pas kuliah malah masuk ke dunia bisnis dan marketing malah kepengin jadi pebisnis buka perusahaan sendiri bareng temen kuliah. Di tengah jalan perkuliahan pun juga kadang kepengin menjadi jurnalis, penyiar radio (iya ini karena ikut ekskul radio dan murni gue bacot orangnya), penulis skrip film (dan mengharumkan perfilman Indonesia tentunya) dan intinya keinginan gue banyak banget saat itu. Dan sampai pada akhirnya, masuklah gue ke sebuah sekolah berkurikulum internasional. Bekerjalah gue di perusahaan ini, dan gue merasa enjoy. Surrounded by happy kids, great food and environment, and everything else. 
Sampai suatu hari, ada rekan gue bilang, "You work too hard, what is it for?" and I just simply said.,"For money, I want to be rich as hell." And he said, "Well, having lots of money cannot guarantee you will be happy if you're not enjoying your life." dan karena gue sudah malas menjelaskan WHY DO I WANT TO BE RICH AS HELL, gue putuskan untuk nggak membalas teks dia sama sekali. 
Mungkin kalian semua juga bakalan bingung, "Apa hubungannya to be an inspiration dan to be rich as hell." frankly speaking, gue juga bingung hahahaha-- tapi sebenernya sedikit nyambung kok. 

Jadi begini, gue punya bokap sebagai panutan hidup gue. Dia orang yang paling bekerja keras yang pernah gue temuin di dunia ini. Melihat dia bekerja keras, sehingga dia menghasilkan seperti sekarang, membuat gue benar-benar kagum. Dan dari situlah, gue kepengin menjadi seperti dia, menginspirasi orang di sekitarnya sehingga mereka terpacu untuk beraksi dan berubah menjadi lebih baik lagi. 
Dan apa sih hubungannya sama menjadi kaya raya? 
Gue ingin bekerja keras, menghasilkan banyak uang, sehingga gue bisa memberikan sebagian itu ke orang-orang yang memang benar-benar membutuhkan untuk mewujudkan mimpinya. Gue ingin apa yang gue lakukan ke dia, menjadi inspirasi bagi dia untuk menjadi lebih baik lagi dan jika dia sukses, dia bisa melakukan hal yang sama seperti gue. You know, agent of influence. Gue ingin menularkan kebaikan yang mungkin bisa membuat dunia ini menjadi lebih baik lagi untuk ditinggali. 
Mungkin gue terlalu naif, tapi nggak ada salahnya kan untuk terus berusaha dan berharap? ;)